Rabu, 02 April 2008

FENOMENA FILM AYAT-AYAT CINTA

Kaget juga waktu ada pemberitaan di tivi, Presiden SBY mengajak para duta besar menonton bareng film ayat-ayat cinta dengan durasi waktu putar film kurang lebih dua jam. Kayanya saya nggak percaya juga kok sempet-sempetnya Presiden menonton film padahal kan presiden jadwal acaranya padat benar.

Waktu tahu mantan presiden BJ Habibie juga nonton saya nggak heran. Wajar beliau sudah pensiun dan punya waktu banyak. Tapi ini loch Presiden RI sempet-sempetnya nonton film tersebut. Padahal saya aja yang waktu luangnya kelewat banyak kayanya malas nonton film tersebut. Kata orang filmnya banyak ngomong anggak rame. Kayanya hati saya udah apatis dulu dech untuk nonton film tersebut.

Setelah saya mencoba memikirkan dan mencoba mengerti ada apa di balik misi presiden tersebut menonton film tersebut. Kata beliau (Presiden SBY) film ini membawa misi/pesan yang baik, dimana selama ini orang Islam dianggap orang yang keras, suka membuat kerusuhan, apalagi bayangan orang luar negeri tentang masyarakat Indonesia yang mayoritasnya beragama Islam dalam menyelesaikan suatu masalah sukanya dengan kekerasan. Selama ini banyak terjadi kontroversi dari film tersebut. Tapi Presiden SBY dengan berjiwa besar bisa mengambil hikmah yang ada dalam film tersebut. Dan menekankan pada nilai-nilai kemanusian yang baik dalam film tersebut.

Saya juga bisa ambil hikmahnya dalam kehidupan sehari-hari saya. Untuk mencoba mengerti terlebih dahulu masalahnya. Pernah teman saya bercerita. Awalnya dia merasa marah dan kesal, saat si anak dapat nilai yang kurang dalam pelajaran sekolahnya. Tapi setelah dia membaca tulisan tentang pendidikan anak. Untuk menghadapi anak yang mendapat nilai jelek, jangan langsung kita memarahinya. Takutnya nantinya si anak akan stres. Dan semangatnya akan kendur. Coba lah berusaha mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti. Jangan langsung kita marahi, marilah kita memahami dulu kenapa dia dapat nilai jelek tersebut. Apa masalahnya, setelah kita memahami masalah cari alternatif pemecahan masalahnya dan dorong terus semangatnya untuk lebih giat belajar. Alhamdulillah setelah kawan saya tersebut menerapkan hal tersebut, nilai-nilai si anak sekarang jauh lebih baik malah nggak pernah lagi dapat nilai kurang katanya.

Dalam buku The 7 Habits of Highly Effective People karya Stephen R. Covey, yang salah satu isinya mengatakan salah satu kebiasaan yang perlu kita latih dalam berkomunikasi atau berdialog dalam menyelesaikan masalah adalah Berusaha mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti.

Kayanya bagus juga kalau dalam rumah tangga kita, dalam setiap menghadapi suatu masalah marilah kita mencoba untuk mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti. Kalau hal ini kita terapkan dan kita latih terus insya Allah hati kita akan lapang dalam menyikapi suatu masalah, dengan niat yang baik insya Allah akan ditunjukkan hikmah yang baik dari peristiwa tersebut. Dan mungkin berita tentang kekerasan yang sering terjadi dalam rumah tangga akan jauh berkurang. Marilah kita (khususnya saya pribadi) untuk terus berlatih dan berdoa agar dimudahkan untuk berhati lapang, mau menerima pendapat, sabar dan ikhlas dalam menghadapi permasalahan hidup ini. Marilah kita mencoba mulai dari diri sendiri untuk berusaha mengerti terlebih dahulu baru dimengerti, mulai dari rumah kita sendiri untuk belajar dan berlatih, mulai dari hal-hal yang kecil dan mulai saat ini.

Sikap ini mungkin kalau diterapkan di semua aspek kehidupan akan membawa dampak, baik disekolah, kampus, di kantor-kantor, di DPR. Marilah kita berlatih dalam menghadapi suatu masalah apapun untuk berusaha mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti. Kalau hal ini bisa kita terapkan, insya Allah berita-berita tentang kekerasan dalam menyatakan pendapat kita (demo) akan berkurang. Dan kesan masyarakat Indonesia yang suka kekerasan akan hilang dengan sendirinya. amiiin.

Tidak ada komentar: