Jumat, 29 Agustus 2008

Konsisten

Ternyata untuk merubah ke hal positip dan untuk pengembangan diri sangat berat. Terkadang kita malas untuk membiasakan diri untuk berubah. Emang benar kata orang supaya jadi kebiasaan harus minimal kita kerjakan selama 40 hari tanpa ada jeda. Kalau ada jeda harus diulang lagi dari awal.

Masak saya kalah sama anak saya Reza (5,5 tahun). Awalnya dia sangat susah untuk disuruh belajar membaca. Padahal hanya sehari paling lama sekitar 10 menit. Pada awalnya dia harus dikerasin mamanya supaya mau belajar. Dan saya juga harus memberi hadiah mainan supaya mau belajar.

Tapi sekarang sudah jauh berubah. Dia kayanya udah menikmati belajar membacanya dan mengaji iqro sama mamanya. Kayanya dia sudah jadi kebiasaan walaupun mamanya harus memaksanya. Tapi kelihatan dia sudah terbiasa dan menikmati kebiasaan tersebut.

Kadang saya berpikir masak saya sebagai orang tuanya hanya mau menyuruh anak saya untuk tiap hari belajar, tapi saya nggak bisa jadi contoh teladan untuk berubah setiap hari. He.. he malu juga sama anak saya. Padahal saya udah bertekad loh setiap hari minimal membaca satu jam tapi kok kayanya berat sekali jadi kebiasaan ini. Masak saya harus dikerasin malu ah sama anak saya. Untung eja nggak tahu...

Terkadang emang kita sebagai orang tua harus banyak mengaca kepada anak-anak kita. Sikap anak-anak banyak kelebihannya. Dia kalau berantem sama kawannya paling lama dua hari sudah baekan terus nggak ada dendam lagi. Tapi kalau kita sebagai orang tua kalau udah benci sama orang bisa jadi selamanya dech benci.

Menjelang Ramadhan ini mari kita saling memaafkan dan mengikhlaskan semuanya sehingga hati kita bersih dan dapat menjalankan puasa dengan baik amiiin.

Dan bulan Ramdhan ini kita jadikan bulan training bagi kita sehingga kita dapat menjadi muslim yang lebih baik dan dapat meningkatkan amal ibadah kita.

Selasa, 26 Agustus 2008

Menjaga lisan

Saya baru sadar bahwa lisan kita atau omongan kita jika menyakiti orang lain sangat susah untuk mengobatinya. Kalau kita kena pisau atau terluka masih ada obatnya dan akan sembuh. Tapi kalau kita udah disakiti orang dengan lisannya kadang perasaan kita sangat susah untuk diobati. Perlu kebesahan hati kita untuk menyikapinya.

Terkadang gara-gara omongan becanda akan menyababkan terjadinya pertumpahan darah. Apalgi kalau saat orang yang kita ajak bercanda lagi capek dan banyak masalah.

Perang yang paling berat

Ternyata perang yang paling berat di dunia ini adalah perang melawan diri sendiri. Perang untuk tidak marah atau melapangankan hati kita sangat berat. Emang benar untuk bisa menjaga hati kita supaya ikhlas sangat berat. Gimana kita dapat menerima segal seuatu yang tidak sesuai dengan hati kita terkadang membuat kita marah.

Kondisi yang mendukung kita marah pada saat kita sedang cape-capenya. Oleh karena itu kita harus bisa mengontrol diri kita sendiri. Emang saya masih susah untuk meredam amarah ini. Tapi kata orang hal ini harus kita latih untuk menahan emosi kita tersebut. Yah mungkin bisa dimulai dari hal-hal yang kecil di rumah kita. Misal saat anak kita rewel pas kita baru pulang dari kantor. Ini merupakan ujian kecil kita. Saya juga lagi mencoba gimana mengelola emosi kita ini. Gimana caranya kita bisa mengelola emosi kita. Emang kita harus menghilangkan ego kita dech. Jangan mentang-mentang kita sebagai kepala keluarga merasa kuasa untuk mengatur rumah tangga ini.

Mungkin salah satu kunci untuk bisa mengelola emosi kita adalah dengan melapangkan hati kita. Terkadang perasaan kita tergantung dari hati kita. Apakah hati kita ini lapang atau tidak. Hati itu ibarat ruangan. Kalau misalkan kita ada di kamar mandi pas ada binatang misalnya tikus maka kita akan geli atau takut. Tapi kalau kita berada di luar atau ruangan yang besar maka kita tidak akan merasa takut untuk menghadapinya.

Yah mari kita latih hati kita ini untuk ikhlas menerima segalanya. Segala sesuatu kejadian pasti ada hikmah dibalik peristiwa tersebut.

Senin, 25 Agustus 2008

Resep menjaga hubungan tali silaturahmi

Terkadang sangat susah untuk menjaga hubungan yang baik dengan tetangga kita. Terlebih lagi kalau kita sama-sama egois dan merasa benar sendiri. Yang sering terjadi di antaranya masalah anak, selokan air, masalah tata batas tanah, sumur dll.

Terkadang kalau anak kita berantem atau ribut sebaiknya kita sebagai orang tua harus berjiwa besar dech. Kalau anak-anak ribut paling lama dua atau tiga hari musuhannya. Tapi kalau orang tua sampai campur tangan sehingga hubungan tetangga jadi nggak enak, susah sekali untuk memperbaiki hubungan tetangga tersebut.

Kata orang, kita bisa menjaga tali silaturahmi kita tersebut kita jangan hanya melihat kejelekannya yang kecil atau yang ada. Emang wajar manusia tidak sempurna. Jadi untuk menghilangkan kekecewaan kita pada seseorang kita harus mencari kebaikan atau kelebihan seseorang tersebut. Kita jangan sampai kata ibarat gara-gara nila setitik rusak susu sebelanga. Pribahasa ini jangan dipakai untuk hubungan tali silaturahmi kita. Kalau perlu kita harus menjadi seperti air di danau. Walaupun ditaburi garam seember insya Allah tidak akan asin. Begitu juga hati kita harus dibuat lapang. Kata aa gym saat kita berada di kamar mandi kalau ada tikus pasti kita akan takut atau geli. Tapi kalau kita berada di luar atau di lapangan maka kalau ada tikus kita akan biasa aja.

Begitu juga kalau kita ingin menjaga pertemanan kita. Jangan sampai gara-gara kesalahan kecil jadi bubar hubungan yang telah kita jalanin sekian lama.

Kamis, 21 Agustus 2008

Penulisan yang ke 100

Walaupun jauh dari baik ternyata saya udah nulis diblog berdasarkan arsip saya sebanyak 99 tulisan. Tulisan saya menurut saya jauh dari layak. Tapi niat saya nulis diblog ini mau membuktikan bahwa saya bisa juga menulis. Ini yang ingin saya buktikan pada diri saya bahwa saya juga mampu untuk menulis. Terkadang saya malas untuk menulis.

Saya ingat dulu waktu mau nulis surat untuk pacar aja saya minta dibikinkan kakak saya untuk membalasnya. Eh ternyata saya bisa juga yah menulis. Walupun tulisannya masih terbatas hanya diary di blog.

Tapi kadang saya bangga juga dech, tulisan saya terkadang dibaca oleh Mas EWA (Ersis), terus tadi lihat juga ada komentar-komentar beliau pada tulisan saya.

Yah minimal saya ada percaya diri lah bahwa saya bisa nulis. Mudah-mudahan ini bisa jadi kebiasaan saya. Dengan menulis kita bisa membebaskan pikiran kita, sehingga dapat mengurangi stress kita.

Tapi yang menjadi tantangan saya belum konsistennya saya untuk menulis setiap hari di blog. Emang banyak kendalanya tapi kita nggak boleh jadi alasannya untuk tidak menulis.

Mudahan-mudahan tulisan yang ke seratus ini lebih meyakinkan saya bahwa saya bisa nulis. Dan saya ingin menghilangkan dipikiran saya bahwa saya nggak bisa nulis.

Begitu juga dengan jogging pagi hari. Alhamdulillah sampai saat ini saya masih lari pagi kira-kira 3 km setiap pagi. Emang terkadang rasa malas itu datang tapi harus saya lawan. Kalau udah malas nanti mals lagi memulainya. Emang terkadang kaya orang aneh juga tiap subuh kok lari terus . he.. he..he.

kesempatan

Terkadang saya tidak memanfaatkan kesempatan yang ada. Saya terkadang justru memikirkan hal-hal yang tidak ada atau menyia-nyiakan kesempatan. Kalau saya di kantor terkadang kami memperebutkan fasilitas kantor misalnya komputer. Waktu komputer dipakai terkadang kesal juga ngeliatnya. Apalagi kalau komputer dipake untuk maen game atau chatting. Padahal niat dari rumah udah pengen ngetik. Tapi hari ini di ruangan sepi kok nggak mau memanfaatkan kesempatan yah. Bukannya ngetik malah lebih banyak maen internet.

Kayanya emang sifat manusia dech. Terkadang kita lebih memikirkan sesuatu yang diluar sana atau sesuatu yang tidak kita miliki. Kata orang rumput tetanga lebih hijau. Kita terkadang lupa untuk bersyukur atas apa yang sudah kita miliki. Misalkan kita sebelum punya anak pengen banget punya anak. Eh setelah punya anak kita kurang memberi didikan yang baik, kurang bersyukur apa yang kita miliki. Coba dech bayangkan keluarga yang tidak diberi anak segala pengorbanan, usaha dan duit dia keluarkan untuk memiliki anak. Tapi kita yang diberi anak kok kayanya kurang bersyukur.

Emang kita harus lebih banyak merenung lagi dech termasuk diri saya pribadi. Tuhan telah banyak memberi nikmat kepada kita berupa panca indera yang lengkap. Tapi terkadang saya masih malu kok kayanya saya masih belum mengoptimalkan nikmat yang diberi Allah kepada saya. Mata jarang saya gunakan untuk membaca. Dulu kayanya mata ini lebih banyak saya gunakan untuk nonton tivi. Saya diberi kaki kok kayanya jarang saya gunakan ke tempat-tempat yang baik. Saya lihat mertua saya tidak bisa jalan karena stroke jangankan buat jalan buat berdiri aja sangat susah.

Marilah kita renungkan kembali, kesempatan atas nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita. Sudah kah kita gunakan ke arah yang benar.

Mari sama-sama kita saling mengingatkan terutama kepada orang-orang terdekat kita dulu, mari kita manfaatkan nikmat yang kita miliki.

Dipinjami buku

Minggu yang lalu saya dipinjami buku tentang bagaimana menghadapi masalah dalam pandangan Islam. Buku itu dipinjamkan tetangga saya. Cuman yang jadi masalahnya belum sempat saya baca semuanya. Hanya beberapa lembar yang saya baca. Waktu ketemu beliau saya ditanya gimana wan udah dibaca lah bukunya. Jawab saya baru sedikit mas. jadi setiap ketemu orangnya saya jadi nggak enak dech, takut ditanya gimana bukunya bagus gak.

Terkadang saya baru sadar dech, kok saya merasa nggak enak sama tetangga saya yah, dan merasa bersalah dech kalau nggak sempat baca bukunya. Padahal dia udah semangat sekali meminjamkan bukunya ke saya.

Tapi kok saya nggak merasa bersalah, karena jarang sekali saya membaca Al qur'an. Padahal itukan pedoman hidup saya. Atau boleh dibilang manual kehidupan manusia. Misalkan kita beli barang elektronik yang baru aja kalau nggak baca manualnya kita bingung mengoperasikannya. Masak sih saya jarang sekali membaca alqur'an dengan terjemahannya apa isi yang dikandungnya.

Terkadang saya udah malas duluan sih, kalau baca al qur'an harus wudhu dulu, harus hati-hati. Udah gitu kita takut salah bacaan tajwidnya. Tapi kita kayanya justru lupa isi yang dikandung al qur'an tersebut. Kita lebih terfokus kepada mushaf al'quran tersebut. Sedangkan pokok ajarannya malah nggak pernah di perhatikannya atau diikutinya. Emang kita harus menghormati mushaf al qur'an tersebut, tapi jangan sampai kita malah menjadi alasan untuk membaca al qur'an tersebut beserta terjemahannya.

Kemaren saya baca buku Yusuf mansur, yang judulnya mencari Tuhan yang hilang. Untuk supaya kita jangan jauh dari al qur'an diusahakan dech atau dipaksa sebelum tidur baca minimal dua ayat al qur'an beserta terjemahannya. Katanya kalau kebiasaan ini dijalankan insya Allah kita akan terbiasa membaca al qur'an.

Apalagi sekarang enak sudah banyak buku terjemahannya dan tafsir dari al qur'an tersebut. Tetapi emang sebaiknya kita belajar mengkaji tersebut harus ada gurunya.

Yah emang kita harus membaca manual hidup kita dech minimal satu hari satu ayat dulu dech, seperti kata ustad yusuf mansur tersebut.

Kamis, 14 Agustus 2008

Kita butuh orang lain

Pas kemaren ke kantor ketemu ama fajar (kawan di kantor), dia bilang. Mas Wawan kok kayanya gemuk lagi yah. Wah emang beberapa minggu ini kurang kontrol ama cemilan. Soalnya di rumah ada tukang kerja. Jadi ikutan-ikutan makan kue. Pas ngecek nimbang badan ternyata emang benar berat badan jadi naik lagi sekitar 1,5 kg. Pantesan pas pake baju kayanya kok sempit.

Kayanya dalam kehidupan kita juga kita nggak bisa terlepas dari hubungan dengan sesama. Kita butuh teman atau kawan /orang lain dalam segala hal. Kadang kita nggak bisa melihat diri kita. Apa diri kita ini sudah benar atau berada pada posisi yang tepat. terkadang kita hanya menilai orang lain tanpa intropeksi diri kita. Kita butuh masukan dari orang lain dalan kehidupan ini. Kayanya nggak mungkin dech kalau kita tidak tegantung sama orang lain di sekitar kita.

Begitu juga dalam bertetangga. Kita harus hati-hati menjaga perasaan tetangga kita. Berdasarkan cerita dari tetangga, jangan sampai permasalahan kecil membuat hubungan dengan tetangga jadi tidak baik. Kalau udah terjadi perselisihan untuk memperbaikinya sangat susah banget dech. Apalagi kalau sama-sama tinggi egonya. Merasa benar sendiri. Mari kita sekarang mencoba mengalah demi terjaganya tali silaturahmi kita.
Dalam agama Islam juga sangat melarang memutuskan tali silaturahmi.

Apalagi masalah yang berhubungan dengan rumah. Jangan samapai hanya masalah selisih tanah dengan tetangga kita jadi hubungan tidak baik. Mari kita jaga hubungan tetangga dengan baik. emang terkadang dalam hati kita merasa nggak butuh tetangga. Padahal kalau kita butuh sesuatu mendesak tetangga lah yang pertama kali bisa kita minta tolong.

Mungkin ini hikmah yang bisa kita ambil, mari kita jaga tali silaturahmi kita.

Selasa, 12 Agustus 2008

Kebiasaan 40 hari

Minggu ini terpaksa rencana pergi ke Palangkaraya terpaksa dibatalkan, di samping gua udah bayar acara seminarnya juga acara silaturahmi ke kawan nggak jadi.

Belum lagi kebiasaan untuk membaca setiap hari nggak jalan lagi, padahal udah sekitar setengah bulan membiasakan diri untu membaca jadi luput.

Apalagi acara menulis di blog jadi nggak pernah lagi. Kayanya harus dipaksain dech minimal kebiasaan itu 40 hari harus dilakukan. Kayanya ibarat obat orang sakit paru-paru yang apabila lupa diminum sekali aja harus diulang dari awal dech kebiasaan kita. Mungkin kebiasaan itu juga harus rutin dech 40 tanpa ada terhenti. kalau sekali aja terhenti harus diulang lagi dari awal.

Tapi kalau lari pagi insya Allah masih dipaksa dech.

Terkadang gua mikir gimana orang nag super sibuk ngatur waktu yang padat untuk banyak kegiatan.

Gua aja yang nggak terlalu sibuk aja kayanya susah banget dech ngatur waktunya.

Kayanya ini jadi bahan renungan buat gua. Gimana membiasakan diri untuk berdisiplin.

Trus yang gua harus latih juga kebiasaan untuk bersikap ikhlas menerima apa adanya, dan ikhlas menerima apa yang diberikan dan banyak bersyukur. Kayanya hati ini harus sering dilatih untuk ikhlas.

Senin, 04 Agustus 2008

Jalani hidup dengan enjoy

Kemaren hari minggu lumayan padat janji dan menghadiri undangan. Kemaren ada dua undangan pernikahan, satu undangan ulang tahun anak, dan satu undangan makan siang dengan tamu. Awalnya bingung juga kaya apa supaya dapat semua. Dan semua acara itu berdekatan.

Kayanya yang penting kita harus berusaha dulu sekuat kita untuk mengatur janji tersebut. Dan kita harus yakin untuk bisa memenuhi janji tersebut. Terus alhamdulillah kemaren semua acara dapat walaupun cukup lelah untuk menepati janji tersebut.

Kaya tadi pagi juga, mungkin segala sesuatu bisa dilakukan kalau emang kita mau berusaha. Terus jangan anggap segala kendala itu harus dihadapi dengan baik.

Begitu pun kalau kita di rumah, misal kita lagi mau ngerjain tugas atau ngetik sesuatu, terus anak kita mau minta ditemani main, sebaiknya kita berhenti aja dulu ngetiknya. Sekalian ini dilatih sebagai "pit stop" kita. Siapa tahu dengan jedanya kita nanti dapat ilham yang baru atau dapat lebih fresh. Begitu juga apabila istri kita mau minta tolong sesuatu jangan sampai kita tidak menanggapinya, dengan alasan kita sibuk. Mari kta ambil hikmah semua tersebut dan mengambil pelajaran yang dapat diambil.

Mari kita berusaha untuk jangan mengecewakan keluarga dan orang-orang dekat di sekeling kita. Mari kita lebih memberikan perhatian sebisa yang kita mampu. Kalau emang kita nggak mampu yah sekarang kan ada hp, udah gitu pulsanya sekarang murahkan.

Mari kita lakukan segala sesuatunya dengan enjoy?????