Selasa, 08 Juli 2008

Ubur-ubur



Hari sabtu kemaren tanggal 5 Juli kemarin saya ke Sungai bakau dan Kuala Tambangan. Perjalanan ini kami tempuh melalui Pulau Sari terus ke desa Sugai Bakau Kecamatan Kurau. Namun saat itu kondisi pasang lagi dalam tapi untungnya masih dapat melihat tanaman bakau. Setelah melihat-lihat tanaman dan hama ulat kantung, meskipun dalam kondisi kotor kami melanjutkan perjalanan ke desa Kuala Tambangan Kecamatan Takisung. Pas melewati pesisir pantai Takisung, ada pemandangan yang lain di sekitar pantai. Masyarakat pesisir sedang rame-ramenya mencari ubur-ubur. Pada pinggir pantai itu dibuat bak-bak penampungan ubur-ubur dengan ukuran sekitar 20-25 m persegi. Penampungan tersebut dibuat dengan menggunakan terpal yang di topang dipinggirnya dengan kayu. Tinggi bak sekitar satu meter.

Setelah sampai di Desa Kuala Tambangan ketika memasuki jembatan besi di desa tersebut pemandangan sama seperti terlihat di pantai Takisung. Malah kondisinya lebih ramai dibanding di takisung. Disana terdapat sekurang-kuranganya 20 puluhan bak penampungan. Jadi masyarakat lagi mengumpulkan ubur-ubur. Kondisi nya seperti pasar ikan subuh hari, Jadi ada yang sedang mengangkut bak-bak yang bersisi ubur-ubur, ibu-ibu terlibat di sekitar bak penampungan sedang menyiangi ubur-ubur.

Pas sampai di rumah sekretaris desa Kuala Tambangan pak Iskandar, bercerita. Dalam sebulan terakhir ini di pantai lagi rame orang mencari ubur-ubur. Cerita beliau ubur-ubur tersebut nantinya dibawa ke cina untuk diolah menjadi bahan kosmetik dan obat. Pada awalnya harganya dalam satu bak kerangjang yang berukuran 50x 100 x 50 cm dihargai 15.000. Jadi dalam satu hari nelayan dapat mengumpulkan 50 bak. Jadi dalam sehari nelayan dapat mengumupulkan duit sekitar 700 ribu bahkan kalau dia bisa dua kali sehari bisa mendapat satu juta lebih. Tapi karena saat ini barangnya nya banyak maka harganya turun menjadi satu bak keranjang sekitar 11.000.

Pas ketemu pembekal (kepala desa) Kuala Tambangan juga bercerita pencarian ubur-ubur ini terjadi di hampir seluruh pesisir Kalimantan Selatan pak. Mulai dari pesisisr tabunio, psisisr takisung, pesisisr kuala tambangan, sampai pagatan. Trus cerita beliau yah Alhamdulillah masyarakat dapat tambahan penghasilan yang lumayan dalam minggu-minggu ini.

Mungkin ini yang menyebabkan di pasar-pasar di kota kekurangan stok ikan laut. Kemarin tukang sayur cerita bahwa ikan di pasar sedikit mba. Sehingga harga ikan yang tadinya sekitar 3.000 menjadi 9.000 rupiah. Saya pikir akibat susahnya bahan bakar tapi ternyata karena nelayan lebih enak mencari ubur-ubur daripada mencari ikan. Kata masyarakat pesisir lebih cepat dapat ubur-ubur pak disbanding cari ikan dan hasilnya lebih banyak.

Tapi yang menarik dari cerita tersebut, kata sekdes desa. Sebenarnya nelayan itu kalau mau setiap harinya enak untuk cari duit. Tinggal ke laut menjaring dapat duit. Tapi berdasarkan pengalaman pak sek des kehidupan nelayan di sini kayanya gitu-gitu aja. Dulu beliau juga nelayan seperti kebanyakan orang tapi setelah pergi haji beliau tidak lagi melaut, tapi justru pada saat ini dia dapat membangun rumah dan lain sebagianya. Kayanya pendapatan yang besar belum tentu cukup. Katanya kalau kita dapat duitnya mudah maka habisnya juga cepat. Tapi kalau kita dapatnya susah perlu investasi dan pengorbanan yang besar pemikiran, dan proses belajar maka keberkahan akan di dapatnya. Sehingga hikmah yang bisa diambil duit yang didapat dengan mudah belum tentu menjamin kehidupan kita. Tapi sebaliknya jika dalam mendapatkan uang tersebut perlu pengorbanan dan investasi yang besar maka hasilnya juga akan kelihatan dan keberkahan akan di dapat. Buktinya kehidupan sek des lebih baik dibanding sewaktu menjadi nelayan. .

Tidak ada komentar: